Surat untuk Februari
Assalamualaikum. Kalimat pembukaku untukmu Feb.
Aku harap setelah suratku kau baca. kau bisa berbaik hati padaku.
Pertama-tama aku mulai kental dengan Suasanamu, aku hapal betul kenapa beberapa hari ini kau sangat merindukan basah tanah, aku paham setiap rintik yang jatuh adalah Luka yang coba kau kikis, dan aku Mahfum kau akan bertandang lagi di sudut jendelaku. lagi !!
Semenjak kau seperti ini, suasana menjadi hening. sepi yang membelukar, angin yang menerbangkan rangka atap rumah, pepohonan tumbang, dedaunan berguguran. apakah kau sedang marah?
Sunyi yang tanpa suara, sendu di jendela, kabar burung yang sedang melintas di altar pikirku. Suara hujan mulai menjurus menghantam apa saja yg menghalanginya jatuh ke bumi. ini berlangsung beberapa hari .
Seorang gadis berkerudung cokelat, berbaju merah tengah bercerita pada malam katanya,
'aku bingung denganmu feb, baru kali ini kau seperti ini, biasanya kau ramah dan lembut, kamu jadi tak karuan, kali kali aja aku pernah berbuat salah, atau org lain yang berbuat salah, sejak hujan selalu mengawalmu, aku menjadi sendu, setiap malam aku menulis sajak, dan sampai saat ini sajakku tak terbalaskan
begini keadannya.
"sajak-sajak yang ia peruntukkan untuk lelaki malamnya yg tak pernah kau dengar, puisi-puisi untuk lelaki abadinya tak pernah kau baca, dan rindunya yang bertaluh yg tak pernah kau balas"
sedianya malam ini sedikit meluap.
Dan itu kabar duka bagiku sebab kenangan, hujan, dan tentu rindu yang semakin bertaluh berhasil kau paketkan untukku.
Dan setiap kali hujan datang memang selalu dengan kabar kenangannya, bulirnya, rinainya, hunusannya adalah senjata mematikan membangkitkan kenangan.
Tapi feb, di akhir suratku aku tak pernah membeci hadirmu yang tiba tiba semarah ini. Aku harap usai kau menerima suratku, kau sedikit Redah dan aku semakin Tabah merawat Rinduku...
#Teruntuk Untukmu *february


Komentar