untuk kehidupan yang belum kupahami seutuhnya

"Gamelan tidak pernah bersorak-sorak ;sekalipun di dalam pesta yang paling gila pun, dia terdengar sayu dalam nyanyiannya, mungkin begitulah seharusnya . Kesayuan itulah hidup, bukan nyanyian sorak sorai"
-pramoedya anantatoer dalam buku  panggil aku kartini saja

Kutipan seorang sastrawan terbaik pada masanya (pramoedya anantatoer)  yang kujadikan sebagi rangkaian peristiwa singkat tentang kehidupan . Beberapa hari ini saya hanya berdiam diri dalam kesunyian lebih kepada merenungi kejadian kejadian kemarin, tanpa sedikitpun keraimaian kota terjamah oleh pendengaranku bahkan pandangku . Beberapa hari ini sembab mataku menghentikan langkahku menikmati terik matahari yang menyengat kulit, langkahku terhentikan pada kenyataan hidup yang belum kukenal seutuhnya . bahkan saat ini aku butuh kebisuan.

Ada sejumlah kata-kata yang kutuliskan tak berhasil menemukan makna , sungguh ambigu bahkan menulisnya kali inipun ada gejolak yang saling berbenturan antara hati dan pikiran,  benturan dahsyat dalam pikiran, sesering kali aku mencari , menelusuri deretan kejadian singkat dalam  ingatan, berbelas kasihan pada hidup yang begitu membingunkan. Namun tak kukenal juga barang sedikitpun tentang kehidupanku , tentang siapa diri ini.

Kebisuan malah terus berlanjut, berdiam diridalam sangkar sekiranya memberi arti kesayuan hidup, aku tak perlu keluar rumah menjemput keramaian kota , lebih baik hal semacam itu sesekali harus terabaikan, dan mulai sibuk merenungi diri.

Bahkan penolakan terhadap diri sendiri saya rasakan , penolakan yang cukup tragis , siapa aku yang berani mencaci kehidupan? Aku masih juga tak tahu siapa diri ini sebenarnya . Seutuhnya bahkan mungkin selamanya kehidupan tak memberiku jawaban . Bagaimana aku mengenal tuhanku ? Jika diri sendiripun tak kau kenali??

Kesayuan hidup dapat kita temukan dimanapun, sekitika dirikita harus terhempaskan jauh sebelum kesadaran itu menemui kita. Bahkan seruan dari kaum agamawanpun tentang hidup harus selalu mengikuti hukum alam (sunnatullah) tak lagi kuindahkan , aku melawan takdirku dengan beranggapan kita bisa menciptakan takdir kita sendiri . Sunggu satu pikiran kerdil sebagai manusia hina yang lemah.

Hidupku selalu dipenuhi kecemasan lantaran waktu. Aku takut tak cukup waktuku memahami dunia dan kehidupannya yang belum kukenal seutuhnya ini , ketakutan memaksaku mengutuk diri ,berserah diri , dan sadar diri . selalu mencari kesempurnaan makna dan kesempurnaan hidup tanpa mengerti hakikat dari sempurna itu .
Dan mungkin hal yang terbaik ku lakukan minggu ini dalam pencarianku adalah memaknai sejumlah kebisuan dan kesayuan panjang yang tak mampu lagi berkata . Dan aku memilih , memainkan peran hidup sebagai manusia bumi, pilihan seluruhnya aku yang memilih sendiri , menjalani kehidupan sendirian dalam perenungan hidup dan menjaga ruang-ruang masing-masing . manusi terlalu dini sepertiku sulit memahami krhidupan ..

Makassar,21 november 2014

22:57                  


Komentar

Postingan Populer