Perindu hujan
Perindu hujan
sendiri
di tengah deras rinai hujan
seperti sebuah harapan yang ku jemput
tak gentar tubuh ini melewati dingin yang menertawakan
karena aku yang memilih
hujan turun menemaniku
menemaniku menunggu sosok gagah meneduhkan
meski tak ada jawaban dari akhir penantian
hujan dan aku masih setia disini
lihatlah air gemercik terpercik membasahiku
aku masih duduk setia bersamnya
kumenunggu disini
dibawah deras hujan yang indah
#hujan hujan hujan (naslia gasang, 21 maret 14)
seperti sebuah harapan yang ku jemput
tak gentar tubuh ini melewati dingin yang menertawakan
karena aku yang memilih
hujan turun menemaniku
menemaniku menunggu sosok gagah meneduhkan
meski tak ada jawaban dari akhir penantian
hujan dan aku masih setia disini
lihatlah air gemercik terpercik membasahiku
aku masih duduk setia bersamnya
kumenunggu disini
dibawah deras hujan yang indah
#hujan hujan hujan (naslia gasang, 21 maret 14)
Selalu
ada kisah dibalik gemericiknya, suara desiran yang jatuh menyentuh atap kamar,
menciptakan suara indah untuk kita nikmati sebagai nada datar, membangunkan
keheningan syahdu, merasakan dingin perlahan menggerogoti tubuh, menusuk sampai
ke ruas-ruas tulang, meruncingkan tubuh kaku.
Selalu
ada kisah dibalik bulir-bulirnya yang tajam, menghantam ranting pohon ,
menerjang daun menambah segar kehijauaan yang memancar, burung-burung berterbangan mencari tempat berteduh, kutipan
syair udara sesekali menyelinap masuk , gemericiknya semakin syahduh di tengah
keheningan, resapi, lalu nimati Indah bukan?
Aku
merindukan kehadiranmu saat ini ,seseorang telah membuatku merindumu, butiran
lembutmu, suara gemericikmu, membangunkan hasratku pada satu titik kerinduan ,
engkau membasahi wajahku, menerjang dan mendarat di atap kamarku, aku rindu
nada datarmu, dingin yang kau cipta, kehangatan punggung seseorang dalam
pelukmu.
Hujan
, aku tahu tak semua mencintaimu seperti rasaku padamu, ! kau sahabat tak
berwujudku, teman sepihku, tempat rasa membuncah ku buang mengalir jauh
ketempat asing.
Hujan
, mengapa kau begitu indah saat kau menyapa bumiku? Kau salah satu pengisih
ruang hampa hatiku , membuatku merasa nyaman bila kau menyambangiku di dini
hari, menyempitkan rongga pernafasanku , kehadiranmu begitu nyata disetiap
hadirmu
Kau
tahu kenapa aku suka hujan ? karena ia pernah menahanmu disini, berteduh
dibawah sebuah bangunan beratapkan atap lapuk teremah usia bersamaku di
persimpangan jalan, kau berdiri disampingku mengenakan kaos abu-abu kesukaanmu
sedikit lembab akibat terkena percikan hujan , seseorang juga tengah berteduh
ditempat yang sama bersama seorang perempuan, entah ia kekasihnya atau mungkin
teman, atau bahkan saudaranya , entahlah, kedua bola mataku menangkap sisi lain
dari mereka, kemesraan antara mereka begitu kental , si pria memberikan
pelukanhangat kepada sang wanita , sementara sang pria relah kedinginanan demi
sang wanitanya. Sementara itu menyadari kami tertahan di sebuah tempat, berdiri
bersamanya, membuatku menikmati setiap detiknya dengan perasaan gugup, bola
mataku sibuk menengkap adegan mesra mereka, Mr, coky-coky membuyarkan
pandanganku dengan sedikit gurauan nakal,
“subhanallah ternyata kamu manis juga kalo kedinginan seperti ini” suaranya terdengar samar di antara hujan yang turun, sambil menyunggingkan senyuman dan tawa kecil yang lebih terdengar sebagai ejekan. Pandanganku berhenti tertuju pada sepasang muda mudi kota daeng, mendengar kalimatnya membuat perutku seperti digelitik semut. Kegugupanku semakin menjadi-jadi, jantungku berdetak dua kali lebih cepat,
“mati aku, pasti aku terlihat sangat hancur saat ini, pasti terlihat sangat hancur” (dalam hati), hujan membasahi wajahku sebelum berteduh, mungkin jilbabku tak karuan dengan modelnya, atau bahkan koyak akibat basah , dan diya sengaja menyindirku dengan ejekan yang membuat perutku tergelitik, dasar Mr. coky-coky , atau mungkin karena kecanggungan yang tercipta mendorongnya mengeluarkan sedikit gurauan, agar suasana menjadi lebih mengalir.
“subhanallah ternyata kamu manis juga kalo kedinginan seperti ini” suaranya terdengar samar di antara hujan yang turun, sambil menyunggingkan senyuman dan tawa kecil yang lebih terdengar sebagai ejekan. Pandanganku berhenti tertuju pada sepasang muda mudi kota daeng, mendengar kalimatnya membuat perutku seperti digelitik semut. Kegugupanku semakin menjadi-jadi, jantungku berdetak dua kali lebih cepat,
“mati aku, pasti aku terlihat sangat hancur saat ini, pasti terlihat sangat hancur” (dalam hati), hujan membasahi wajahku sebelum berteduh, mungkin jilbabku tak karuan dengan modelnya, atau bahkan koyak akibat basah , dan diya sengaja menyindirku dengan ejekan yang membuat perutku tergelitik, dasar Mr. coky-coky , atau mungkin karena kecanggungan yang tercipta mendorongnya mengeluarkan sedikit gurauan, agar suasana menjadi lebih mengalir.
“apa? Kamu baru tahu yah kalo aku
ini manis, ya dari mana saja mas ?? udah basi kali !! timpalku dengan penuh percaya diri, (rasain emang enak !!) .
sementara itu Hujan terus saja menghantam atap-atap rumah, daun-daun pohon tampak kedinginan terlahap gemericiknya, ia menyadari aku mulai kedingan,
sementara itu Hujan terus saja menghantam atap-atap rumah, daun-daun pohon tampak kedinginan terlahap gemericiknya, ia menyadari aku mulai kedingan,
“ maaf yah , gara-gara aku, kamu
kedinginan, aku gak bawa mantel ataupun jaket, tidak terpikirkan akan turun
hujan “ wajahnya
terlihat sungguh-sungguh menyesal
“ gak apapa kok sayang, asal
bersamamu , mau kedinginan, kepanasan gak masalah, asal didekatmu aja semua
terasa baik-baik saja, percaya deh
Hah dasar tukang gombal,
Ih Siapa yang gombal? Beneran tau
,, yah udah kalo gak percaya , gak efek. Menyadari tubuhku mulai kedingan,
pelukan hangat mulai datang padaku , ku gosokkan kedua telapak tanganku
berkali-kali sampai terasa hangat dan ku tempelkan pada wajahnya,
“aku tahu kamu juga kedinginan sepertiku”, suasana indah tuk bisa terlupakan.
“aku tahu kamu juga kedinginan sepertiku”, suasana indah tuk bisa terlupakan.
Hujan
yang menahanmu disini bersamaku , bagaimana aku bisa lupa? Saat hujan turun
mengingatkanku akan malam dimana kita berdua bergandengan tangan melewati
gemericiknya sambil menempel dipunggungmu dan memelukmu erat dengan kedua
tanganku, dank au rangkul jemari tanganku menanyakan apakah aku kebasahan? Lalu
dengan pasti kujawab, tak pernah sebasah ini , dan sebaik ini, lalu kau tertawa
kecil mendengar jawabanku , meski memang basah tapi berada disekatmu merasakan
hangat punggungmu membuatku hangat dan nyaman, dank au mengkhawatirknaku, meski
dirimu lebih perlu dikhawatirkan, tahu kah kamu? Saat saat seperti itu aku
ingin lebih lama dalam gemericiknyadalam perjalanan aku berdoa jarak semakin
jauh dan berjedah, agar berada didekatmu, merasakan aromamu, kehangatanmu,
lebih lama, kadang aku berpikir tuhan
andaikan benar cinta adalah pelengkap, aku ingin dialah yang kau siapkan
untuk melengkapiku.
Sudah
lama hujan tak pernah menyapaku, menyapaku dini hariku, menyapa malam senduku,
apa mungkin ia telah lupa denganku?? Atau mungkin ia telah berpindah hati??
Sudah lama kamu tak memainkan nada datarmu, apa kamu baik-baik saja? Apa ada
yang ,menyakitimu? Atau kamu tak rindu denganku? Aku butuh rinaimu saat ini ,
menikmati dinginmu, mendengar gemericikmu menerjang atap kamarku. Kesedihan
saat ini menjemputku, dan aku rindu semua tentangmu , aku menantimu saat ini ,
semua kenangan yang kau bawa bersamanya bertandan di ingatanku. Aku harap saat
ini kau hadir dikehidupanku, mencairkan suasana hatiku
Hujan menggelitik ingatanku
dipersimpangan jalan, berdiri disisi badan jalan, terasa dingin menyentuh
celah-celah jemari kita, menunggu hujan berbaik hati meredakan peluru tajamnya
pada ranting pohon, berada disisimu sejengkal lebih dekat, kehangtan dari
dingin yang ia tawar, memelukmu erat dan tersenyum lirih padanya. Hujan kau
pandai menukar gundaku menjadi tawa sendu, kau pemantik rasa yang hampir
sempurna, mengingatkan, merasakan dan menikmati setiap rinaimu. Hingga mata ini
terlelap dalam suara datarmu , Hujan kau pandai membuatku merindu .. ( perindu
hujan)

Komentar