kisahku? Yang benar saja !! bergumam sendiri sembari sambil memuntahkan
apa saja yang tercerap dalam imajinasiku saat ini. Harus ku akui, aku bukan
seorang yang lihai dalam meramu kata-perkata, apa lagi meramu kisah perjalanan
yang berliku-liku . memikirkannya saja sudah membuatku ingin memuntahkan seisi
perutku. Seperti benang kusut saja yang entah ujungnya berada dimana , sulit sekali
menemukan titik yang pas.
lalu kekacauan itu datang perlahan .
Apa yang menarik? yang membuatku
merapikannya dalam tulisan-tulisan, secara menemukan kata untuk
menggambarkannya saja begitu amat sulit . memakan waktu lama. Apa lagi harus
menuliskannya . oh my god yang benar saja
lhia.
Namun begitu, niat yang menggebu-gebuh dan membuncah seakan tak mampu
lagi ku tampung lebih lama. Begitu banyak titik menari-nari dalam benakku yang
harus ku kisahkan ,karena saking banyaknya aku sendiri kualahan memilah mulai dari titik mana. Ada titik terkecil
hingga titik tertebal , mulai dari titik yang masih baru hingga titik yang
sangat sudah tua (usang) hingga memaksa otakku melaju kencang melusuri tiap
centi jejak petualanganku.
Kutelusuri setiap ingatan , mencoba mencari ujung benang yang berserakan,
begitu banyak serakan benang, hingga akhirnya terinspirasilah suatu kisah saat
masih berada di bangku sekolah dasar (SD).
Hihihiks , tidak mauka pergi sekolah
!! amukan anak seusia 6 atau 7 tahunan ,
Ku ingat betul saat pertama kali menginjakkan kaki di bangku sekolahan ,
dengan pipi di penuhi air mata , merengek tak mau turun dari gendongan mama,
sekuat tenaga ku kailkan kaki ke pinggang mama , berusaha sekuat tenaga mama
tetap menggendongku. tangisanku semakin menjadi-jadi saat ibu guru mencobah
melepaskan dari gendongan ibu ,
Tidak mau ! sambil merontah sambil
mengeratkan pelukanku di pundak mamah . Tidak
mau ,! aku memukul-mukul tubuh yang menggendongku terisa-isak dengan wajah
penuh air mata sementara mamah terus merayu.
Nanti mama belikanki bongkar
barbi kalo mauki , sekolah ki dulu di nak , kubelikanki nanti bongkar banyak
kalau mauki tinggal sekolah , itu ada ibu guruta , banyak temannta ,itu temanta
tidak menangis ki tawwa.
dari sebelah juga suara tangisan lebih jelas meraung-raung , sampai-sampai suaranya berubah
jadi parau ,dan kulihat air matanya sangat deras membanjiri baju seragamnya ,
lebih lagi ingusnya semakin belepotan. Kuamati sejenak anak yang seusiaku, tapi
ia tidak di gendong seperti saya , hanya berdiri memegang tangan ibunya ,sama seperti ibu guru dan mama berusaha
membujuknya agar ia mau masuk sekolah.
sepertinya sekolah saat itu begitu mengerikan , sekolah berubah jadi
tempat bocah-bocah ingusan yang masih manja diramaikan oleh tangisan yang tak
terbendung. Sesekali aku tertawa terbahak mengingat kisah-kisah seperti itu.
begitu lugu, begitu polos berbeda dengan saat sekarang , anak seusia saat itu
setingkat lebih di atas , mereka malah berlomba-lomba dengan sangat tak sabaran
ingi cepat bersekolah ,masih berumur 3 tahunan sudah ada yang pandai menghitung
, bahkan ada yang hapal hapalan Al-quran , sungguh luar biasa ,
Begitu banyak anak luar biasa disekitar kita , kadang tak sadar aku
menitikkan air mata melihat tayangan di Televisi , anak berusia 3 tahun lihat
dan fasih membacakan alquran tanpa melihat teks Al-Quran , subhannallah maha besar kuasamu ya Allah Ya Allah. begitu bangganya
orang tua mereka. Anak seusia itu sudah hapal beberapa surah bahkan jus ,
sedangkan aku yang mahasiswi . jangankan menghafal surah atau jus dalam sehari
saja sudah lumayan jika dalam sehari aku melantunkan kalam ilahi .
Aku memiliki impian kelak ketika aku menjadi ratu sehari , bersanding dengan lelaki yang kucintai dan
mencintaiku, dan saat mengandung , setiap sujudku akan ku bacakan ayat-ayat
suci Al-quran kepada anakku-anakku , setidaknya setiap sehari akan ku bacakan
ayat-ayat alQuran satu just setiap sujud sholat , berharap ia menjadi anak sholeh dan sholehah , dan berharap menjadi
tahfidz yang mampu menghapal Al-Quran dan menjalankan amalan Al-Quran .amin
****
Komentar